"SIMASKOT" Sistem Pertanian Berbasis Masyarakat Perkotaan

Sabtu, 25 November 2017

Materi Penyuluhan


Materi Penyuluhan “Segala bahan atau materi yang disampaikan dalam  kegiatan penyuluhan”

Materi Penyuluhan Meliputi:

Segala informasi pertanian / peternakan 
Latihan ketrampilan
Dorongan / motivasi

Materi Pokok (subject matter)

Ilmu Teknik Pertanian / Peternakan
Ilmu Ekonomi Pertanian / Peternakan 
Ilmu Tatalaksana Rumah Tangga Petani-Peternak
Dinamika Kelompok
Politik Pembangunan 

Sifat-sifat Materi Penyuluhan

Yang berisikan pemecahan masalah yang sedang dihadapi
Yang berisikan petunjuk / rekomendasi teknis
Yang bersifat instrumental

Ilmu Teknis Peternakan
Kegiatan Produksi  Peternakan:
 - tatalaksana budidaya peternakan 
 - cara penyediaan pakan
 - tatacara penyusunan ransum
 - sistem pemberian pakan
 - sistem reproduksi ternak
Kegiatan Pengolahan Hasil:
 - pengelolaan hasil ternak
        - pengawetan ternak
 - pengolahan hasil peternakan
Ilmu Ekonomi Peternakan
Pengelolaan usaha tani-ternak  yang lebih efisien
Penguasaan & pemasaran hasil produksi peternakan 
Penggunaan / pemanfaatan kemudahan kredit
Kelembagaan ekonomi / koperasi
Ilmu Tatalaksana Rumah Tangga

Pemilihan Materi Penyuluhan

Biasanya petani-peternak tertarik pada:

Hal-hal yg mempunyai hubungan langsung  dengan mereka
Kejadian yang menarik
Hal-hal yg terjadi di sekitar dirinya
Pertentangan
Keberhasilan atau perkembangan baru 
Sesuatu yang luar biasa atau istimewa 
Inovasi & teknologi

Cara Penyusunan Materi  Penyuluhan
Buat Outline –  gambaran menyeluruh: bentuk & isi makalah materi penyuluhan
Persiapkan – bahan pustaka, referensi pendukung, data statistik, grafik & tabel 
Penulisan – mulai dari hal-hal bersifat kualitatif, deskriptif-analisis
Isi – Ringkas, padat, menyeluruh dan rinci
Gaya bahasa – gaya bahasa lisan
Syarat penulisan – mudah dimengerti memenuhi syarat-syarat:
Pergunakan bahasa yang sederhana (1. perjelas & persingkat istilah teknis; 2. gunakan kata sehari-hari)
Susun dan rangkaikan perbedaan pendapat dengan jelas (1. sajikan gagasan dalam urutan yg logis; 2. bedakan antara isu pokok dgn sampingan; 3. tetap menonjolkan tema utama)
 Nyatakan hal-hal pokok dengan singkat
Jadikan tulisan menarik untuk dibaca

Adopsi Inovasi dalam Penyuluhan


Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Tidak menjadi soal, sejauh dihubungkan dengan tingkah laku manusia, apakah ide itu betul-betul baru atau tidak jika diukur dengan selang waktu sejak digunakannya atau dikemukakannya pertama kali. Kebaruan inovasi itu diukur secara subyektif, menurut pandangan individu yang menangkapnya. Jika sesuatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi. 'Baru' dalm ide yang inovatif tidak berarti harus baru sama sekali. Suatu inovasi mungmin telah lama diketahui oleh seseorang beberapa waktu yang lalu tetapi ia belum mengembangkan sikap suka atau tidak suka terhadapnya, apakah ia menerima atau menolaknya (Rogers dan Shoemaker, 1987).

Adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi sebenarny adalah menyangkut proses pengambilan keputusan, dimana dalm hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Rogers dan Shoemaker (1971) memberikan defenisi tentang proses pengambilan keputusan untuk melakukan adopsi inovasi sebagai berikut:

'..... the mental process of an innovation to a decision to adopt or reject and to confirmation of this decision...'

Tahapan Adopsi Inovasi

Rogers (1971) membagi proses adopsi menjadi 5 tahapan, sebagai berikut:
1. Tahapan kesadaran (awareness)
2. Tahap manuh minat (interest)
3. Tahap evaluasi (evaluation)
4. Tahap mencoba (trial)
5. Tahap adopsi (adoption)

A.    Pengertian Inovasi
Inovasi adalah sesuatu ide, perilaku, produk, informasi, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan/diterapkan, dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan (Mardikanto, 1993). Inovasi adalah suatu gagasan, metode, atau objek yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir. Inovasi sering berkembang dari penelitian dan juga dari petani (Van den Ban dan H.S. Hawkins, 1999). Mosher (1978) menyebutkan inovasi adalah cara baru dalam mengerjakan sesuatu. Sejauh dalam penyuluhan pertanian, inovasi merupakan sesuatu yang dapat mengubah kebiasaan.
Segala sesuatu ide, cara-cara baru, ataupun obyek yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru adalah inovasi. Baru di sini tidaklah semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditemukannya atau pertama kali digunakannya inovasi tersebut. Hal yang penting adalah kebaruan dalam persepsi, atau kebaruan subyektif hal yang dimaksud bagi seseorang, yang menetukan reaksinya terhadap inovasi tersebut. Dengan kata lain, jika sesuatu dipandang baru bagi seseorang, maka hal itu merupakan inovasi (Nasution, 2004).
Rogers dan Shoemaker (1971) dalam Hanafi (1987) mengartikan inovasi sebagai gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Tidak menjadi soal, sejauh dihubungkan dengan tingkah laku manusia, apakah ide itu betul-betul baru atau tidak jika diukur dengan selang waktu sejak dipergunakan atau diketemukannya pertama kali. Kebaruan inovasi itu diukur secara subyektif, menurut pandangan individu yang menangkapnya. Baru dalam ide yang inovatif tidak berarti harus baru sama sekali.
B.     Pengertian Adopsi
Rogers (1983) menyatakan adopsi adalah proses mental, dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak ide baru dan menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan dan penolakan ide baru tersebut. Adopsi juga dapat didefenisikan sebagai proses mental seseorang dari mendengar, mengetahui inovasi sampai akhirnya mengadopsi. Adopsi adalah suatu proses dimulai dan keluarnya ide-ide dari satu pihak, disampaikan kepada pihak kedua, sampai ide tersebut diterima oleh masyarakat sebagai pihak kedua.
Adopsi dalam penyuluhan perikanan pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh pada petani atau masyarakat sasarannya.
C.     Proses Adopsi Inovasi
Adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak yang paling baik. Keputusan inovasi merupakan proses mental, sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya kemudian mengukuhkannya. Keputusan inovasi merupakan suatu tipe pengambilan keputusan yang khas (Suprapto dan Fahrianoor, 2004).
Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) mengartikan adopsi sebagai penerapan atau penggunaan sesuatu ide, alat-alat atau teknologi baru yang disampaikan berupa pesan komunikasi (lewat penyuluhan). Manifestasi dari bentuk adopsi ini dapat dilihat atau diamati berupa tingkah laku, metoda, maupun peralatan dan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan komunikasinya.
Dalam model proses adopsi Bahlen ada 5 tahap yang dilalui sebelum seseorang mengadopsi suatu inovasi yaitu sadar (awreness),  minat (interest),  menilai (evaluation),  mencoba (trial) dan adopsi ( adoption).
1.      Tahap Sadar
Sasaran telah mengetahui informasi tetapi informasi tersebut   dirasa kurang. Pada tahap ini sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh. Pada tahap ini sasaran sudah maklum atau menghayati sesuatu hal yang baru yang aneh tidak biasa (kebiasaan atau cara yang mereka lakukan kurang baik atau mengandung kekeliruan, cara baru dapat meningkatkan hasil usaha dan pendapatannya, cara baru dapat mengatasi kesulitan yang sering dihadapi).  Hal ini diketahuinya karena hasil berkomunikasi dengan penyuluh.  Tahapan mengetahui adanya inovasi dapat diperoleh seseorang dari mendengar, membaca atau melihat, tetapi pengertian seseorang tersebut belum mendalam.
2.      Tahap Minat
Sasaran mencari informasi atau keterangan lebih lanjut mengenaiinformasi tersebut. Pada tahap ini sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh. Pada tahap ini  sasaran mulai ingin mengetahui lebih banyak perihal yang baru tersebut.  Ia menginginkan keterangan-keterangan yang lebih terinci lagi.  Sasaran mulai bertanya-tanya.
3.      Tahap Menilai
Sasaran sudah menilai dengan cara value/bandingkan inovasi terhadap keadaan dirinya pada saat itu dan dimasa yang akan datang serta menentukan apakah petani sasaran mencoba inovasi atau tidak. Pada tahap ini sasaran mulai berpikir-pikir dan menilai keterangan-keterangan perihal yang baru itu.  Juga ia menghubungkan hal baru itu dengan keadaan sendiri (kesanggupan, resiko, modal, dll.).  Pertimbangan- pertimbangan atau penilaian terhadap inovasi dapat dilakukan dari tiga segi, yaitu  teknis, ekonomis dan sosiologis.
4.      Tahap Mencoba
Sasaran sudah mencoba meskipun dalam skala kecil untuk menentukan angka dan kesesuaian inovasi atau tidak. Pada tahap ini sasaran sudah mulai mencoba-coba dalam luas dan jumlah yang sedikit saja. Sering juga terjadi bahwa usaha mencoba ini tidak dilakukan sendiri, tetapi sasaran mengikuti (dalam pikiran dan percakapan-percakapan), sepak terjang tetangga atau instansi mencoba hal baru itu (dalam pertanaman percobaan atau demosntrasi).
5.      Tahap Adopsi/Menerapkan
Sasaran sudah meyakini kebenaran inovasi dan inovasi tersebut dirasa bermanfaat baginya. Pada tahap ini petani sasaran menerapkan dalam jumlah/skala yang lebih besar. Pada tahap ini sasaran sudah yakin akan kebenaran atau keunggulan hal baru itu, maka ia mengetrapkan anjuran secara luas dan kontinu. Dapat saja sesuatu tahap dilampaui, karena tahap tersebut dilaluinya secara mental.  Tidak semua orang mempunyai waktu, kesempatan, ketekunan, kesanggupan dan keuletan yang sama untuk menjalani, kadang-kadang mengulangi proses adopsi sampai sakhir dan mendapat sukses.

Konsepsi Penyuluhan Kedepan


Penyuluhan dalam pengertian umum, adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Falsafah penyuluhan pertanian pada dasarnya merupakan kegiatan pendidikan non formal untuk petani dan keluarganya, yang mencakup aspek idealisme, pragmatisme, dan realisme. Dengan demikian penyuluhan pertanian dilakukan untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada petani dengan tujuan meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan petani serta membentuk masyarakat yang adil dan makmur. Adapun fungsi dari penyuluhan pertanian itu sendiri adalah:

-memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha;
-mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya;
-meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha;
-membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan;
-membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha;
-menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan
-melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.
Dalam masa mendatang penyelenggaraan penyuluhan pertanian/perkebunan harus dapat mengakomodasikan aspirasi, harapan, kebutuhan, dan potensi serta peran aktif petani pekebun dan pelaku usaha perkebunan lainnya, melalui pendekatan partisipatif dengan didasari pada prinsip-prinsip pemberdayaan.

Minggu, 19 November 2017


Potensi jamur Trichoderma,sp. sebagai agensia pengendali hayati sudah tidak terbantahkan. Beberapa penyakit tanaman sudah dapat dikendalikan dengan aplikasi jamur Trichoderma,sp. Diantaranya adalah busuk pangkal batang pada tanaman panili yang disebabkan oleh jamur Fusarium, sp., Jamur Akar Putih (JAP) yang menyerang tanaman lada dan karet dan beberapa penyakit terbawa tanah (soil borne) lainnya.
Potensi jamur Trichoderma sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif terhadap serangan penyakit tanaman telah menjadikan jamur tersebut semakin luas digunakan oleh petani dalam usaha pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Disamping karakternya sebagai antagonis diketahui pula bahwa Trichoderma,sp. Juga berfungsi sebagai dekomposer dalam pembuatan pupuk organik. Aplikasi jamur Trichoderma pada pembibitan tanaman guna mengantisipasi serangan OPT sedini mungkin membuktikan bahwa tingkat kesadaran petani akan arti penting perlindungan preventif perlahan telah tumbuh.
Penggunaan jamur Trichoderma secara luas dalam usaha pengendalian OPT perlu disebarluaskan lebih lanjut agar petani-petani Indonesia dapat memproduksi jamur Trichoderma secara mandiri. Diharapkan setelah mengetahui langkah-langkah perbanyakan massal jamur Trichoderma, petani dapat mempraktekkan dan mengaplikasikannya.
Berikut dijelaskan langkah-langkah perbanyakan massal jamur

Trichoderma yang dengan mudah dilakukan oleh petani. 
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk perbanyakan massal jamur

Trichoderma adalah:

Alat:
1. Dandang sabluk
2. Kompor Gas / Kompor minyak
3. Bak plastik
4. Plastik meteran (dijual dalam bentuk lembaran)
5. Entong kayu.

Bahan:
1. Sekam
2. Bekatul (dedak)
3. Air
4. Alkohol 96 %.
5. Isolat (bibit) jamur Trichoderma.


Langkah-langkah perbanyakan massal jamur Trichoderma
  1. Campurkan media (sekam dan bekatul) dengan perbandingan 1:3 dalam bak plastik.
  2. Berikan air kedalam media tersebut kemudian aduk sampai rata.
  3. Tambahkan air sampai kelembaban media mencapai 70 % (dapat di cek dengan meremas media tersebut, tidak ada air yang menetes namun media menggumpal)
  4. Masukkan media kedalam kantong plastik.
  5. Siapkan dandang sabluk untuk menyeteril media.
  6. Isi dandang sabluk dengan air sebanyak 1/3 volume dandang.
  7. Masukkan media kedalam dandang sabluk
  8. Sterilkan media dengan menggunakan dandang sabluk selama 1 (satu) jam set elah air mendidih. Sterilisasi diulang 2 (dua) kali, setelah media dingin sterilkan kembali media selama 1 jam. Sterilisasi bertingkat ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang masih dapat bertahan pada proses sterilisasi pertama.
  9. Tiriskan media di dalam ruangan yang lantainya telah beralas plastik. Sebelum digunakan semprot alas plastik menggunakan Alkohol 96%.
  10. Ratakan permukaan media dengan ketebalan 1-5 cm.
  11. Semprot media dengan suspensi jamur Trichoderma (isolat jamur Trichoderma yang telah dilarutkan kedalam air, 1 (satu) isolat dilarutkan dengan 500 ml air)).
  12. Tutup dengan plastik lalu inkubasikan selama 7 (tujuh) hari. Ruangan inkubasi diusahakan minim cahaya, dengan suhu ruangan berkisar 25-27 derajat celcius.
  13. Amati pertumbuhan jamur Trichoderma, jamur sudah dapat dipanen setelah seluruh permukaan media telah ditumbuhi jamur Trichoderma, (koloni jamur berwarna hijau).


Kunci keberhasilan perbanyakan massal jamur Trichoderma adalah:
  1. Aseptisitas proses produksi, artinya petani selaku pembuat harus mengetahui titik-titik kritis dimana proses produksi harus dilakukan secara aseptis (higienis). Penyiapan dan proses sterilisasi media merupakan titik kritis pertama yang harus diperhatikan.
  2. Kualitas isolat jamur Trichoderma, isolat jamur Trichoderma yang diperbanyak secara massal harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya jumlah dan viabilitas spora tinggi, umur biakan tidak lebih dari 3 (tiga) bulan dan isolat dalam keadaan segar (baru dipindahkan ke media yang baru). Isolat dapat diperoleh di Laboratorium Agens Hayati BBP2TP Surabaya.
  3. Inkubasi. Ruangan inkubasi harus mendukung pertumbuhan jamur Trichoderma. Intensitas cahaya, suhu dan kelembaban ruangan harus diatur sedemikian rupa agar pertumbuhan jamur berjalan optimal.


Demikian proses perbanyakan massal jamur Trichoderma skala petani disampaikan, semoga petani Indonesia mau dan mampu memproduksi jamur Trichoderma secara mandiri. Dengan berkembangnya penggunaan jamur Trichoderma sebagai Agensia Pengendali Hayati oleh para petani diharapkan pemakaian fungisida kimia yang digunakan untuk mengendalikan penyakit tanaman dapat ditekan dan dapat menurun tiap tahunnya. (CAN)

PUPUK KCL ORGANIK


Pupuk Kcl Organik Saat ini harga pupuk KCL sangatlah mahal, hampir 500 ribu rupiah per satu zak. Petani jangan pesimis, artinya alam sudah menyediakan sumber pupuk KCL organik, hanya saja petani saat ini belum mau belajar atau belum tau caranya.

Cara membuat KCL organik dalam bentuk POC, fungsinya buat tanaman relatif sama seperti fungsi pupuk kimia KCL, hanya saja karena dari organik kandungan KCL nya tidak sebagus seperti pupuk Kimia KCL, tapi dengan aplikasi berulang-ulang tentu bisa didapatkan hasil beras yang bernas dan berkwalitas.

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat KCL organik, adalah :
  1. Sabut kelapa 25 Kg atau lebih
  2. Air 40 liter
  3. Drum 1 buah


Cara pembuatannya :
  1. Pertama-tama bersihkan sabut kelapa dari kulit luarnya (Kelapa yang sdh tua). Kemudian serat sabut kelapa yang telah dibersihkan dimasukkan ke dalam drum bekas.
  2. Isi drum dengan air sampai terisi penuh
  3. Tutuplah drum rapat-rapat.
  4. Biarkan drum dalam keadaan tertutup selama 2 minggu.
  5. Bila air berubah menjadi hitam kandungan KCl dalam sabut kelapa sudah larut. Air tersebut bisa langsung digunakan sebagai pupuk tanaman.
  6. Ambilah air dalam drum gunakan siramkan atau dispray pada tanaman.
  7. Penyiraman atau penyemprotan kepada tanaman bisa dilakukan berkali-kali tergantung kebutuhan.
  8. Setelah air diambil semuanya sabut kelapa tersebut masih bisa diberi air dan dengan perlakuan sama dan digunakan sebagai pupuk lagi. Bila warna air sudah jernih sabut kelapa harus diganti dengan yang baru. Aplikasi pupuk organik Kcl : ~ saat disemai ~ saat pindah ke lahan sawah ~ hentikan saat malai sudah keluar Kandungan hara mengandung unusr hara K dan Ca 

Rhizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman


PGPR atau Plant Growth Promoting Rhizobakteri (Rhizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman (RPPT)) adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman.Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman keberadaan mikroorganisme ini akan sangat menguntungkan. Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya. Fungsi PGPR bagi tanaman yaitu mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta mampu mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga. Selain itu PGPR juga meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga. PGPR juga bisa memproduksi hormon tanaman, menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan serta mengontrol hama dan penyakit

Cara membuatan PGPR adalah:

ALAT DAN BAHAN:
  1. 100 gr akar bambu, akar putri malu, akar jagung, akar rumput teki atau tauge
  2. 400 gr gula pasir
  3. 200 gr trasi
  4. 1 kg dedak halus
  5. 10 lt air
  6. Penyedap rasa secukupnya ( Pemicu hormone Giberelin )
  7.  Injet (air kapur ) 1 sendok the.


CARA MEMBUAT:
  1. Rendam bahan no. 1 dalam air matang dingin 2-4 hari
  2. Rebus bahan 2 s/d 7 sampai memdidih selama 20 menit
  3. Setelah dingin masukkan semua bahan ke dalam jerigen dan tutup rapat
  4. Buka dan kocok-kocok sehari sekali 5. Setelah 15 hari PGPR siap digunakan


CARA MENGGUNAKAN:
  1. Saring PGPR
  2. Campurkan 1 lt PGPR ke dalam air 1 tangki
  3. Semprotkan PGPR tersebut ke lahan yang belum ditanami 4. Ulangi penyemprotan setiap 20 hari sekali Bahan no. 2 sampai no. 7 bisa di saring terlebih dahulu sebelum dicampur dengan inang PGPR.


APLIKASI PGPR
  1. PGPR Untuk perlakuan benih. Benih yang dibeli dari toko dan diduga mengandung pestisida cuci dulu sampai bersih hingga 3 – 4 kali. Rendam benih dalam larutan PGPR dengan konsentrasi 10 ml per liter air selama 10 menit hingga 8 jam tergantung jenis benihnya. Kemudian kering anginkan di tempat yang teduh sebelum dilakukan penanaman.
  2. PGPR Untuk perlakuan bibit. Jika untuk perlakuan bibit dan stek atau biakan vegetatif lain tinggal direndam beberapa saat saja lalu langsung ditanam. Konsentrasi yang diperlukan adalah 10 ml per liter air.
  3. PGPR Untuk perlakuan pada tanaman. Buat PGPR dengan konsentrasi 5 ml per liter air. Untuk aplikasi pada tanaman semusim (cabe, terong, timun dll) siramkan 1 – 2 gelas aqua larutan tadi ke daerah perakaran. Jika untuk tanaman tahunan jumlah larutan yang digunakan dapat diperkirakan sendiri sesuai dengan umur dan jenis tanaman, sebagai ukuran adalah siram daerah perakaran sampai basah.

Mengatasi Asem-Aseman Pada Padi


Pada kesempatan ini, kita akan membahas gangguan pada tanaman padi yang disebabkan oleh penyakit. Penyakit pada tanaman padi itu bisa ditimbulkan oleh beberapa sebab antara lain oleh jamur, bakteri, virus, dan atau karena keadaan tanah itu sendiri. Salah satunya sering kita temui jika pada tanaman padi yang baru beberapa saat ditanam, tadinya dalam keadaan hijau dan baik, tapi tiba-tiba terlihat mulai menguning seperti terbakar (klorosis). Pada pertumbuhannya ditemukan gejala kerdil (tidak mau tumbuh), akarnya tampak coklat kekuningan, dan keseluruhan daun berwarna kecoklatan hingga akhirnya habis yang berujung terjadinya kematian pada jaringan batang serta akarnya. Inilah yang dinamakan tanaman padi terjangkit “asem-aseman”, begitu petani biasa menyebutnya.

Gejala terkena asem-aseman ini biasanya muncul hampir tiap tahun pada musim tanam II, yaitu antara bulan Maret-April pada umur 2-4 minggu setelah tanam terutama musim kemarau (juga bisa dimusim hujan). Kejadian seperti ini akan semakin banyak dijumpai pada lahan sawah yang kandungan C-organiknya rendah, ditambah kebiasaan petani kita yang menggenangi sawahnya dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan gulma terutaman saat tanaman masih di usia muda. Pada lahan dengan drainase yang buruk (tidak mendapat masukkan dan air sulit dibuang dari petakan), juga akan dipastikan sangat mudah terjangkiti asem-aseman ini. Kondisi ini jelas akan mengurangi suplai dan proses pertukaran oksigen di dalam tanah, yang mana fungsinya sangat penting bagi perkembangan akar.

Disebut juga gejala asem-aseman ini terjadi, karena proses perombakan/pelapukan bahan organik sisa jerami oleh mikroorganisme di lahan tersebut yang belum selesai. Namun biasanya sebagian petani masih menganggap, bahwa kondisi tanaman yang demikian karena kekurangan unsur hara dengan kandungan N. Akhirnya ditambahlah pemakaian pupuk Urea yang mana bukannya daun menjadi hijau kembali, tapi malah akan semakin memperparah kondisi. Karena perlakuan seperti ini membuat terjadinya penurunan pH, tanah menjadi semakin asam, akhirnya tanaman keracunan Fe dan Na juga bisa timbul senyawa berbahaya seperti Asam Sulfat (H2SO4).
Apalagi jika tanaman masih muda, bisa tambah makin parah jika dibarengi adanya serangan sundep (penggerek batang). Belajar dari pengalaman dan pengamatan di lahan juga sharing dari beberapa teman petani lain yang sudah lebih dulu tahu, ternyata mengatasi gejala terkena asem-aseman tidaklah sulit. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi atau bisa mencegah terjadinya asem-aseman pada tanaman padi : Perbaiki drainase lahan agar air bisa segera dibuang tidak terus menggenang, atau bisa dibuat parit di sekeliling petakan lahan untuk memudahkan air terkumpul di pinggir. Melakukan penundaan waktu tanam sampai proses pelapukan sisa bahan organik selesai dengan sempurna, bisa tambahkan bahan perombak berbahan mikroorganisme tangguh untuk mempercepat proses. Imbangi dengan pengolahan lahan yang baik.


Tambahkan setiap proses pengolahan lahan dengan pupuk kompos/kohe yang sudah matang sempurna minimal 2 ton per hektar, agar ketersediaan hara tetap terjaga dan meningkatkan sediaan C-Organik. Sehingga memperbesar daya serap air dan meremajakan tanah, sekalian bisa mengurangi pemakaian urea. Juga bisa tambahkan ZnSO4 15-20 kg per hektar lahan. Jika sudah terlanjur muncul gejala asem-aseman, undur jadwal pemupukan dengan unsur N bisa 20 HST atau lebih. Ganti sumber unsur N dari ZA, dan perhatikan asupan pupuk berimbang dengan kandungan P dan K sesuai anjuran. Karena akar sedang bermasalah, berikan juga larutan pupuk Zinc (ZnSO4) atau pupuk yang mengandung unsur Zn melalui aplikasi semprot pada daun 4-5 sendok makan per 14 liter air untuk membantu memulihkannya. (dengan Bio Optifarm juga mengandung Zinc, dosis aplikasi 3 tutup untuk 14 liter air). Pada lahan sawah dengan pola tanam padi-padi-padi, dianjurkan juga untuk menggunakan varietas yang lebih toleran tehadap asem-aseman seperti Kalimas-Sintanur-Membramo. 

Demikian beberapa cara untuk mengatasi asem-aseman yang bisa kita lakukan, dengan melakukan pengamatan harian pada lahan (rajin ditengok/ditiliki sawahe), diharapkan penanganan pada masalah yang timbul bisa segera tertangani dengan cepat. Apalagi jika ada tanda-tanda serangan hama maupun penyakit lainnya, sehingga kerugian yang akan terjadi bisa dihindari seminimal mungkin. Penambahan dengan Pupuk Organik Cair plus Hayati Majemuk Bio Optifarm juga sangat kami anjurkan, karena selain mengandung mikroorganisme tangguh untuk mempercepat proses perombakan bahan organik. Kandungan Zinc (Zn) dan C-Organik yang ada didalamnya, juga membantu mempercepat pemulihan tanaman padi yang terkena gejala asem-aseman. Mikroorganisme didalam Bio Optifarm juga bisa turut membantu menormalkan kembali kondisi pH tanah yang terlanjur asam. Pemberian dengan dosis yang tepat akan memaksimalkan hasil. Mohon maaf jika ada kekurangannya karena keterbatasan ilmu kami, semoga ini bermanfaat.

Teknologi Pengendalian Penyakit Antraknose atau Patek


Tanaman Cabai merupakan jenis sayur-sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Karena hampir seluruh masyarakat membutuhkan cabai dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini keadaan iklim yang tidak menentu sangat mempengaruhi harga cabai. Tanaman cabai sangat sensitif terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit antraknose atau lebih dikenal istilah patek merupakan salah satu penyakit penting pada cabai keriting, cabai besar yang dapat menurunkan hasil antara 20–90% terutama pada saat musim penghujan. Sehingga tanaman cabai yang siap panen banyak yang membusuk. Akibat penurunan produksi ini, petani mengalami kerugian karena tidak bisa mencapai panen yang optimal.
Patogen utama penyakit antraknose pada cabai di Indonesia paling banyak disebabkan oleh jamur Colletotrichum acutatum Simmon. Gejala serangan penyakit antraknose atau patek mula-mula membentuk bercak cokelat kehitaman kemudian menjadi busuk lunak.
Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri atas kelompok seta dan konidium jamur. Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti merah jambu keabu-abuan atau kehitaman. Ledakan penyakit antraknos ini sangat cepat terutama pada saat musim penghujan. Jamur ini menyerang tanaman dengan menginfeksi jaringan buah dan membentuk bercak cokelat kehitaman yang kemudian meluas menjadi busuk lunak. Serangan yang berat menyebabkan buah mengering dan keriput serta berwana kuning dan kehitaman. Pada bagian tengah bercak yang mengering terlihat kumpulan titik-titik hitam dari koloni jamur. Ciri lain akibat serangan jamur ialah buah yang terserang terlihat bintik-bintik pada bagian tepi berwarna kuning, kemudian membesar dan memanjang. Pada kondisi lembab, jamur memiliki lingkaran memusat berwarna merah jambu atau abu-abu kehitaman.
Teknologi Pengendalian Penyakit Antraknose atau Patek:
  1. Gunakan benih sehat. Jangan menggunakan biji cabai yang sudah terinfeksi, karena spora jamur tersebut dapat bertahan pada benih cabai. 
  2. Tanamlah varietas cabai yang lebih tahan patek, biasanya rawit lokal lebih tahan terhadap penyakit patek.
  3. Gunakan agensia hayati antagonis atau memanfaatkan mikroba Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis.
  4. Gunakan agensia antagonis dengan memanfaatkan Trichoderma spp. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa Trichoderma dapat menghambat laju perkembangan jamur C. Acutatum penyebab penyakit antraknos.
  5. Lakukan perendaman biji dalam air panas (sekitar 55oC) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0,05–0,1%) sebelum ditanam atau menggunakan agens hayati.
  6. Lakukan penyemprotandengan fungisida atau agens hayati yang tepat terutama tanaman berumur 20 hari di persemaian atau 5 hari sebelum dipindahkan ke lapangan.
  7. Perawatan di lingkungan sekitar tanaman mutlak dilakukan, terutama cabang air (wiwilan), penyiangan gulma, dan pengaliran air yang tergenang. Semua faktor tersebut merupakan bagian dari tindakan pencegahan, yang ditujukan agar lingkungan sekitar tanaman tidak lembab, mengingat patek (antraknose) disebabkan oleh jamur yang perkembangannya sangat didukung oleh lingkungan yang lembab. 
  8. Memusnahkan bagian tanaman,baik daun, batang atau buah yang terinfeksi.
  9. Lakukan penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae (terong, tomat dll.) atau tanaman inang lainnya.
  10. Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi. Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya.
  11. Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar matahari dapat dipantulkan pada bagian bawah permukaan daun/tanaman, sehingga kelembaban tidak begitu tinggi. Disamping itu penggunaan mulsa plastik untuk menghindari penyebaran spora melalui percikan air hujan.
  12. Gunakan jarak tanam yang agak lebar yaitu sekitar 65–70 cm (lebih baik 70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar. 
  13. Tambahkan unsur Kalium dan Kalsium untuk membantu pengerasan buah cabai.
  14. Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi. Sebaiknya gunakan pupuk dasar NPK yang rendah kandungan nitrogennya dengan kocoran karena unsur N akan membuat tanaman menjadi rimbun yang akan meningkatkan kelembaban di sekitar tanaman. 
  15. Hindarkan menanam cabai berdekatan dengan tanaman cabai yang sudah terkena lebih dahulu oleh antraknos / patek, ataupun tanaman inang lain yang telah terinfeksi.
  16. Pengelolaan drainase yang baik terutama di musim penghujan, dengan cara meninggikan guludan tanah.


TEHNIK APLIKASI PESTISIDA


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tehnik mencampur pestisida yang tepat:
1. Jangan mencampur pestisida langsung dalam tangki sprayer (hal ini seringkali saya temui dilapangan),  sebaiknya lakukan pencampuran pestisida dalam wadah plastik terlebih dahulu (timba). Setelah tercampur dalam timba baru masukkan dalam tangki sprayer.
2. Jangan mencampur pestisida langsung dalam kaleng/ kemasannya tanpa mengencerkannya terlebih dahulu dengan air. (peristiwa ini juga sering saya jumpai pada petani yang ingin serba praktis, atau terkadang merahasiakan pemakaian pestisidanya)
3.  Jangan!!!!.................. mencampur 2 pestisisida atau lebih dalam satu golongan, sebagai contoh: Piretroid sintetik dengan piretroid sintetik atau karbamat dengan karbamat.
4.    Jangan!!!! mencampur 2 pestisida atau lebih yang mempunyai cara kerja yang sama, sebagai contoh: Racun pernafasan dengan racun pernafasan, kontak dengan kontak atau sistemik dengan sistemik.
5. Kalau ingin mencampur pestisida sebaiknya lakukan pencampuran pestisida yang bersifat kontak dengan pestisida yang bersifat sistemik. Jika ingin mengendalikan penyakit pada suatu tanaman dan terpaksa harus mencampur fungisidanya pilih yang bersifat kontak dan yang bersifat sistemik. Fungisida kontak biasanya bersepektrum luas dan biasanya hanya bersifat mencegah/ melindungi atau protektif  karena fungisida ini multisite inhibitor sedang fungisida sistemik biasanya bersepektrum sempit dan bersifat eradikatif atau mengobati karena fungisida ini mempunyai cara kerja monosite inhibitor.
6.    Urutkan mencampur pestisida sesuai dengan formulasinya. 
Ø  mulailah dengan pestisida yang berformulasi WDG, WP ataupun yang berbentuk tepung aduk hingga larut.
Ø  masukkan PPC,POC atau pupuk daun jika menggunakan pupuk daun dan aduk dulu sampai campur.
Ø  masukkan pestisida yang berformulasi SL, WSC, SC dll lalu aduk sampai larut.
Ø  masukkan pestisida yang berformulasi EC lalu aduk sampai larut.
Ø  baru masukka perekat, perata, penembus dll.
7.    Perhatian!! Setelah anda mencampur pestisida seperti urutan no 6 diatas ada hal lain yang perlu diperhatikan.  Jangan menggunakan campuran pestisisida yang larutannya menggumpal dan atau mengendap. biasanya campuran pestisida yang mengendap atau menggumpal jika diaplikasi ke tanaman akan bisa merusak tanaman atau terkadang tidak berfungsi sama sekali.
8.  Ada tips tambahan yaitu bahwa pencampuran insektisida golongan piretroid sintetik dengan insektisida golongan organophospat akan meningkatkan efikasinya, ibaratnya 1 + 1 = 3. Tapi jangan mencampur insektisida golongan organophospat dengan golongan karbamat karena akan menurunkan efikasinya ( 1 + 1 = 1).

Semoga dengan tulisan dari saya ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca semua yang akan mengaplikasi pestisida dan bisa memberikan sedikit pencerahan bagi yang sedang mencampur pestisida. Dan harapan dari saya semoga artikel ini bisa menyumbangkan keberhasilan bertani bagi petani.

PEMBUATAN TRICO KOMPOS


Bahan untuk 1 kubik.
  1. Bibit trico padat/cair : 300 gr/ 1ltr.
  2. Serbuk gergaji : 10 karung. (Bisa diganti dengan gulma yang sudah layu/mati ex. Rumput,ilalang atau daun daun yang sudah kering dengan jumlah yang sama)
  3. Pupuk kandang : 2 karung.
  4. Gula 0,5 kg.
  5. Kapur 1 kg. (agar pH netral)
  6. Air secukupnya.

Cara kerja
  1. Serbuk di hampar ± 20 cm ketebalan sebanyak 2 karung.
  2. Pupuk kandang di tebarkan sebanyak ½ karung kemudian kapur 25 grm dan gula ± 125 grm di taburkan merata diatas hamparan secara merata.
  3. Bisa juga (Bahan No. 1dan 2 diaduk/ campur sampai rata) gula dicairkan kemudian di semprotkan/ gembor
  4. Trico di bagi 4.Sebagian di taburkan langsung di atas hamparan lalu air nya di siramkan diatas tumpukan tadi,dan tingkat kelembaban bahan ± 40 % untuk pertumbuhan jamur.Lakukan kembali sampai 4 tingkat dan yg terakhir hanya serbuk saja sebagai penutup atau lapisan ke 5.
  5. bahan di tutup rapat dan di fermentasi selama 21 hari
  6. hari ke 12 di aduk merata dan di tutup kembali. (Di bolak –balik)
  7. Bahan yg di buat supaya di alasi plastik dan di tutup juga di naungkan/jangan sampai kena sinar matahari

Cara aplikasi
  1. saat aplikasi sebaiknyak sore hari dan di benamkan ke dalam tanah ± 10 cm
  2. dosis jenis solaenose = 20-30 grm/ pohon
  3. jenis Tanaman tahunan = 100-200 grm/ pohon

PANDUAN MENANAM JAHE MENURUT PENGALAMAN PETANI

 
Pengantar Tanaman Jahe
Hingga saat ini komoditi Jahe merupakan komoditi ekspor yang banyak diminta oleh pasar, karena kegunaan jehe yang banyak seperti untuk pembuatan makanan, bumbu masak, jamu atau ramuan obat-obatan dan lain-lain sebagainya. Selain keberhasilan petani menanam jahe, petani juga mempunyai pengalaman berupa kegagalan. Sering petani tergiur menanam jahe karena pengalamannya berhasil menanam jahe dalam skala kecil, artinya petani sering berhasil menanam jahe karena jahe yang ditanam dalam skala kecil dinilai berhasil baik dari segi mutu dan harga yang berpihak pada petani, tetapi disaat petani menanam jahe dalam skala besar atau luas (hektaran) tanaman jahe petani sering mengalami kegagalan seperti busuk rimpang, umbi kecil atau tidak berkembang akibat terserang penyakit, curah hujan yang tinggi ataupun penyakit yang ditimulkan akibat kemarau yang sangat panjang dan yang sering dialami serta membuat petani menjadi merasa frustasi adalah harga jual jahe yang murah/rendah.
 
Syarat Tumbuh
Pada umumnya jahe tumbuh pada ketinggian antara 350 m – 600 m dpl dengan curah hujan antara 2000 – 4000 mm/tahun, temperatur udara antara 21ºC – 24ºC, kelembaban sekitar 80 %, kemiringan lahan antara 30º - 45º dengan sistim irigasi yang memadai.
 
Jahe mempunyai umur panen satu tahun, tumbuh pada lahan subur, gembur, berhumus, lahan berupa tegalan, bebas dari genangan air, mempunyai keasaman antara 6 – 7. Petani juga sering menanam jahe pada lahan sawah yang telah digemburkan dengan memberikan pupuk dasar komos. Biasanya untuk mengurangi resiko gagal petani menanan jahe hanya sekali pada lahan yang sama, tetapi adakalanya petani menanam jahe lebih dari sekali secara berturut-turut pada lahan yang sama dengan terlebih dahulu pada lahan penanaman tersebut tidak terdapat/ditemukan jahe yang busuk akibat  terinfeksi/diserang jamur atau bakteri.
 
Tindakan yang dilakukan petani terhadap lahan yang terinfeksi jamur, bakteri atau penyakit adalah melakukan pergiliran tanaman dengan palawija, padi atau jagung. Dari pengalaman petani menanam jahe, tanaman jahe kurang cocok pada lahan bekas penanaman tomat, jenis tanaman kacang, karena lahan tersebut meninggalkan sumber penyakit yang merusak tanaman jahe, faktor seperti inilah yang menyebabkan petani menanam jahe dengan sistim lahan berpindah-pindah dan biasanya tanaman jahe sangat cocok ditanam pada lahan bukaan atau lahan baru.
 
Bibit dan Pengadaan Bibit 
Secara umum, tanaman Jahe (Zingiber officinale) dikenal menjadi dua jenis, yaitu Jahe Putih dan Jahe Merah. Jahe putih mempunyai ciri-ciri rimpang kecil, jahe ini disebut juga dengan Jahe Empirit. Jahe merah mempunyai ciri-ciri rimpang yang besar, rasa lebih pedas, jahe ini lebih dikenal dengan nama Jahe Gajah. Jenis Jahe Gajah inilah umumnya yang sering ditanam petani serta lebih diminati oleh pasar.
 
Bibit yang baik berasal dari rimpang yang telah berumur tua (10 – 12 bulan) dengan penampilan besar, kulit mengkilap/licin, keras dan tidak mudah terkelupas serta  bebas dari  penyakit.
            
Persiapan Pembibitan yang dilakukan Petani
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu bibit ditunaskan dengan menghamparkan bibit diatas tanah kira-kira selama 2 bulan yang selanjutnya bibit tersebut dikikis tipis untuk cepat pertumbuhan tunas. setelah itu bibit ditutup tipis dengan tanah atau jerami yang dibasahi sebagai penutup, selanjutnya disiram dengan air hingga kondisi bibit/hamparan dirasa lembab.
           
Bakal bibit dipotong/kopek bagian per bagian, rimpang yang digunakan sebagai bibit adalah  yang mempunyai 2 – 3 mata tunas. Pengalaman petani, ujung rimpang bibit tidak ditanam  karena tunas tersebut relatif  muda dan lebih mudah diserang hama/penyakit. Ciri tunas muda adalah lunak atau lembek. Untuk menghindari/memberantas sumber hama-penyakit ada pada bibit serta untuk mempercepat pertumbuhan bibit setelah ditanam, bibit yang telah dipilih tersebut direndam satu malam menggunakan pupuk-pestisida selaras alam dalam ember yang selanjutnya ditiriskan.
 
Perlakuan Petani tentang Persiapan lahan dan Penanaman Jahe
Satu bulan menjelang tanam, lahan digemburkan/mencangkul dengan kedalaman kurang lebih 30 cm dan sekaligus melakukan pembersihan lahan dari sisa akar tanaman pengganggu (gulma: lalang atau jenis tumbuhan lain).
 
Ada dua metode petani menanam jahe ;
1. Metode menanam sistim menggunakan bedengan; Caranya, menimbun tanah berbentuk bedengan dengan ukuran kurang lebih 80 – 100 cm yang panjang dan arahnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada bedengan yang dibentuk disisi pupuk kandang/kompos bokhasi yang selanjutnya ditutup dengan tanah. Jarak antar masing-masing bedengan antara 40 – 50 cm. Diantara bedengan dibuat parit dengan kedalaman kurang lebih 20 – 40 cm dengan kemiringan yang semakin menurun untuk memperlancar mengalirnya air atau menghindari terjadinya genangan air yang nantinya dapat mengakibatkan kelebihan air pada lahan dan menyebabkan busuk pada jahe.
 
Penanaman bibit dilakukan dengan menancapkan/menanam dalam bedengan secara membujur (2 baris) sepanjang bedengan dengan jarak antar bibit masing-masing sekitar 40 – 60 cm. 
 
2. Metode menanam dihamparan lahan atau sistim lubang (tanpa bedengan); Caranya,  Lahan yang disediakan digemburkan/dibersihkan dari tanaman pengganggu atau gulma yang memungkinkan sebagai sumber penyakit, selanjutnya dilakukan pemberian pupuk kandang dan bokhasi dengan cara membenamkan kedalam lahan. Kemudian lahan dilubangi sedalam 5 cm sebagai tempat penanaman bibit. Untuk menjaga kelembaban tanah dan menghambat pertumbuhan gulma, dilakukan pemberian mulsa (jerami) pada hamparan lahan sebagai penutup.
 
Perlakuan Petani Melakukan Perawatan
Pada umur dua sampai tiga minggu setelah tanam dilakukan penggantian bibit yang pertumbuhannya lambat atau yang mati dengan terlebih dahulu membersihkan lubang bekas penanaman dari tanaman pengganggu atau gulma. Tiga bulan pertama setelah penanaman (metode 1 dan 2)  dilakukan penyiangan rutin sebulan sekali dengan mencabut rumput-rumput liar dan menggunakannya sebagai mulsa, untuk mengurangi penguapan air pada tanah sekitar penanaman dan menghindari terganggunya akar jahe, penyiangan dilakukan dengan memotong (bulan mencabut) rumput-rumputan sekaligus pembumbunan tanah pada lahan karena lahan mengalami pengikisan tanah oleh air atau hujan. Selanjutnya dilakukan penyemprotan tanaman dan lahan dengan pupuk-pestisida selaras alam sekali seminggu dan pemberian pupuk kandang atau kompos dengan menanamkannya kurang lebih 1-2 kg per lubang diantara  (ditengah) tanaman sepanjang bedengan/lahan penanaman secara terus menerus.
 
Tujuh bulan setelah tanam merupakan waktu pertumbuhan maksimal rimpang, maka untuk menghindari terganggunya akar, kemungkinan masuknya sumber penyakit atau terjadinya penyebaran penyakit (terinfeksi) diantara rimpang, maka perlakuan-perlakuan yang memungkinkan dapat menyebabkan terganggunya  akar dihentikan.
 
Untuk mengetahui adanya rimpang yang mengalami infeksi penyakit, dilakukan pembongkaran beberapa rimpang secara acak, dan bila ditemukan gejala serangan penyakit dengan mengenal ciri-ciri jahe yang terserang, maka dilakukan pembongkaran/pengosongan lubang/jahe untuk menghindari penularan penyakit. dan apabila banyak yang terinfeksi serta umur jahe sudah mencapai atau lebih 5 bulan, petani melakukan pembongkaran/panen muda, biasanya tindakan ini dilakukan  untuk menghindari kegagalan total menanam jahe dengan menyadari harganya jelas sangat murah dibanding dengan jehe yang tua.
 
Cara petani mengenal jahe yang sudah tua dan Melakukan Pemanenan
Umur delapan – sepuluh bulan setelah tanam merupakan umur jahe sudah tergolong tua, selain batang, daun jahe yang mengering sebagai tanda jahe sudah tua,  petani mempunyai pengalaman khusus untuk mngetahui apakah jahe tersebut sudah tua atau belum yaitu dengan cara mengkikis tanah tempat penanaman, dan apabila sudah tercium bau khas maka jahe dipastikan telah tua.
 
Kebiasaan atau strategi petani menanam jahe adalah bermain dengan waktu untuk mendapatkan harga yang tinggi walaupun sebenarnya petani sadar akan resiko gagal akibat kemingkinan jahe terserang penyakit. Yaitu bila harga jahe mahal, patani biasanya memanen jahenya diatas umur 10 bulan (12 bulan) dengan tujuan untuk menaikkan bobot jahe. Untuk mempertahankan pnampakan jahe yang dipanen tetap mulus atau tidak rusak (terkelupas, patah) pemanenam dilakukan hati-hati dengan cara mengangkat menggunakan cangkul atau garpu yang duhujamkan ke bawah rimpang karena tanah relkatif gembur. Setelah rimpang terangkat lalu dibersihkan dari tanah yang melekat pada rimpang. Selanjutnya dilakukan pengkatan dengan menghindari terjadinya patah rimpang.
 

Paduan Sukses Budidaya Jagung Manis


Paduan sukses budidaya jagung manis – Jagung manis dapat ditanam didaerah dataran rendah dan dataran tinggi sampai ketinggian 900 meter dpl.. Suhu ideal untuk pertumbuhan Jagung Manis adalah 21 – 30 derajat Celcius. Tanah yang baik adalah tanah yang subur dan gembur dengan pH antara 5-6.
Persiapan Lahan
- Isolasi
Lahan yang akan ditanami jagung manis harus bebas dari tanaman sejenis varietas lain (isolasi), untuk menjamin kemurnian benih yang akan dihasilkan nanti. Isolasi ada dua cara, yaitu isolasi waktu yang berhubungan dengan saat tanam dengan tanam jagung varietas lain yaitu sekitar 30 hari, serta isolasi jarak, yang berhubungan jarak minimal dengan lokasi tanaman jagung varietas lain yaitu sekitar 400 m.

- Pengolahan Tanah
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi tertinggi diperoleh lewat pengolahan tanah yang baik dan benar, yaitu dengan cara dibajak dan digaru. Dengan pengolahan tanah akan diperoleh media yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan akar, mengurangi keberadaan gulma serta memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah. Untuk tiap 4 meter perlu dibuatkan got yang berfungsi sebagai jalur irigasi dan drainase. Kegiatan ini dilakukan minimal 15 hari sebelum tanam.
Akan tetapi penanaman tanpa olah tanah (TOT) bisa juga dilakukan untuk mengejar waktu tanam. Dengan catatan pembersihan lahan harus tetap dijaga untuk mengurangi serangan hama atau penyakit sisa dari tanaman terdahulu.


- Kebutuhan Benih
Benih yang digunakan ada dua macam yaitu benih tanaman jantan yang nantinya akan dimanfaatkan serbuksarinya, dan benih tanaman betina yang akan dimanfaatkan tongkol untuk benih. Kebutuhan benih jantan adalah 3 kg/ha, sedangkan benih betina sebanyak 9 kg/ha.


Penanaman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanaman adalah split tanam antara jantan dan betina, perbandingan populasi jantan :betina, jarak tanam, penugalan dan jumlah benih perlubang.

  • Pemisahan waktu tanam dimana benih jantan ditanam lebih dahulu dan diberi tanda patok berbendera, baru 6 hari kemudian benih betina ditanam.
  • Perbandingan populasi jantan dengan betina adalah 1 : 4.
  • Jarak tanam antar betina adalah 75 x 25 cm, dan jarak baris betina dengan baris jantan adalah 50 cm.
  • Lahan ditugal dengan kedalaman 5 cm, kemudian benih dimasukkan satu benih perlubang dan ditutup lagi dengan abu atau sekam.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan pengairan, dangir dan bumbun, mencabut tanaman tipe simpang (roguing), serta pengendalian hama dan penyakit.

- Pemupukan
Pupuk yang digunakan adalah pupuk campuran antara ZA : SP-36 : KCl dengan perbandingan dosis perhektar adalah 280 : 210 : 35. pemupukan pupuk campuran ini dilakukan dalam tiga aplikasi berturut-turut adalah :

  • Umur 0 hst dengan dosis ZA : SP-36 : KCl adalah 70 : 140 : 35 yang diaplikasi dengan tugal pada jarak 5 cm dari lubang dan ditutup lagi.
  • Umur 15 hst dengan dosis ZA : SP-36 adalah 70 : 70 yang diaplikasikan dengan cara tugal 10 cm dari lubang tanam dan ditutup lagi.
  • Umur 45 hst dengan dosis ZA sebanyak 140 kg yang diaplikasikan dengan digejik pada jarak 10 cm dari lubang tanam dan ditutup lagi.
- Pengairan
Tiga hari sebelum tanam lahan perlu diairi untuk menciptakan kondisi tanah yang lembab dan hangat, sehingga mempercepat terjadinya perkecambahan benih serta ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pengairan diberikan sesuai kebutuhan, yang penting dijaga agar tanaman tidak kekurangan atau kelebihan air. Pengairan diberikan setiap kali selesai pemupukan. Jadwal pengairan yang dianjurkan adalah -3, 15, 30, 45 hst.


- Dangir dan Bumbun
Pendangiran adalah usaha untuk mengurangi keberadaan gulma di areal tanaman, yang berpotensi sebagai kompetitor bagi tanaman jagung. Dangir dilakukan sebelum perlakuan pemupukan yaitu pada umur 21 dan 28 hst. Sedangkan membumbun adalah usaha untuk memperbaiki sirkulasi udara serta membantu pertumbuhan perakaran tanaman.


- Cabut Bunga (Detaseling)
Yang dimaksud adalah mencabut bunga jantan tanaman betina saat tanaman berumur antara 40-50 hst. Pekerjaan ini dilakukan pada pagi hari mulai pukul 06.00 wib sampai selesai dan diulangi lagi sebanyak 7-10 hari sampai benar-benar tidak ada lagi bunga jantan di tanaman betina. Syarat yang harus diperhatikan adalah jangan membiarkan kuncup bunga jantan sampai mekar dan pollen sudah pecah, karena akan mengakibatkan self pollinations. Standart kelulusan cabut bunga (detaseling) adalah 2.


- Babat Jantan
Tanaman jantan harus dibabat untuk menjaga kerahasiaan perusahaan bila proses serbuk silang sudah selesai dan untuk menghindari tercampurnya buah jantan pada saat panen. Hal ini dapat dilihat dengan adanya ciri-ciri rambut pada tongkol jagung sudah kering dan berwarna kecoklatan. Pekerjaan ini dilakukan cukup sehari yaitu pada umur 65 hst.


- Rouguing
Rouguing adalah kegiatan membuang tanaman yang bersifat menyimpang dari tanaman yang diharapkan. Ini dapat dilihat antara lain dengan ciri-ciri sebagai berikut : penampilan yang terlalu subur dengan daun yang lebar, warna pangkal batang yang merah, serta warna bunga yang merah. Perlakuan ini dilakukan baik pada tanaman jantan maupun betina, berfungsi untuk menjaga kemurnian induk sebagai penghasil benih, dan dilakukan dengan kontrol setiap minggu.

- Hama dan Penyakit

Hama dan pengendaliannya
  • Lalat bibit (Atherigona exigua S.)
    Gejala serangan hama ini pada saat tanaman berumur 7 – 14 hst dengan gejala daun berubah menjadi kekuning-kuningan, disekitar gigitan atau bagian yang diserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati.
    Ciri-ciri lalat bibit adalah warna lalat abu-abu dengan warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, panjang lalat 3 – 3,5 mm.
    Pengendalian hama ini adalah dengan penanaman serentak dan menerapkan pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup, terutama setelah selesai panen jagung. Mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang, menjaga kebersihan lahan dari gulma, serta mengendalikan dengan semprot pestisida menggunakan Dursban 20 EC, Hostation 40 EC, Marshal 25 ST dengan dosis sesuai anjuran.
  • Ulat pemotong dan penggerek buah
    Contoh ulat pemotong adalah Agrotis sp., Spodoptera litura.
    Contoh ulat penggerek adalah Ostrinia furnacalis.
    Contoh ulat penggerek buah adalah Helicoverpa armigera.
    Gejala serangan ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batang, adanya tanaman muda yang roboh.
    Pengendalian hama-hama tersebut adalah dengan tanam secara seremmpak pada areal yang luas, mencari dan membunuh secara manual, serta melakukan semprot dengan insektisida dengan dosis sesuai anjuran.
- Penyakit dan pengendaliannya
  • Penyakit bulai (Downy mildew)
    Disebabkan cendawa peronosporta maydis yang berkembang pesat pada suhu udara 27 derajat ke atas serta keadaan udara yang lembab. Gejala serangan adalah pada tanaman umur 2 – 3 minggu, daun runcing dan kaku, pertumbuhan terhambat, warna daun kuning dan terdapat spora berwarna putih pada sisi bawah daun.
  • Penyakit bercak daun
    Disebabkan oleh jamur Helminthosporium sp, dengan gejala adanya bercak memanjang berwarna kuning dikelilingi wanra kecoklatan. Semula, bercak tampak basah kemudian berubah warna menjadi coklat kekuningan, dan akhirnya menjadi coklat tua.
    Pengendalian dengan cara pergiliran tanaman serta dengan menyemprot bahan kimia seperti Daconil dan Difolatan.
  • Penyakit gosong bengkak
    Disebabkan jamur Ustilago sp. yang menyerang biji, sehingga menyebabkan pembengkakan yang mengakibatkan pembungkus menjadi rusak.
    Pengendalian dengan jalan mengatur irigasi dan drainase, memotong bagian yang terserang dan dibakar, serta menggunakan benih yang sudah dicampur dengan fungisida misalnya Saromyl.
  • Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
    Penyebabnya adalah jamur Fusarium atau Giberella zeae. Penyakit ini baru dapat diketahui setelah klobot dibuka. Biji-biji yang terserang berwarna merah jambu atau merah kecoklatan yang akan berubah warna menjadi coklat sawo matang.
    Pengendalian adalah dengan menggunakan benih varietas unggul, pergiliran tanaman, seed treatment, serta melakukan penyemprotan dengan bahan aktif Mancozep bila ada gejala serangan.
Panen
Panen jagung manis dilakukan sekitar umur 95-100 hst, dimana pada saat tersebut, buah tanaman sudah dikatakan masak secara fisiologis dengan ciri-ciri daun dan kelobot sudah mengering(menguning), bila kelobot dibuka biji sudah tampak kisut 100%, serta ada black layer pada daerah titik tumbuh.

Teknis panen dapat dilakukan sebagai berikut :
  • Kelobot pembungkus buah dikupas dengan cara disobek dengan tangan.
  • Seleksi buah, dengan cara dipisahkan antara buah normal dengan yang masih muda serta busuk. Buah yang muda dipisahkan untuk kemudian dijemur dahulu. Sedangkan yang busuk dibuang dan tidak perlu dikirim ke pabrik.
  • Buah-buah normal dimasukkan ke dalam zak-zak yang sudah disiapkan, untuk kemudian ditimbang dan dikirim ke pabrik.

e-skm
https://goo.gl/forms/efx5MTyVdEUHW4873
e-aduan e-bantu
https://goo.gl/forms/d2ryn2Ecr9e4AQJg1

SIMASKOT

BPP LA Dalam VIDEO

Info BPP LA 2018