Tanaman
Cabai merupakan jenis sayur-sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Karena hampir seluruh masyarakat membutuhkan cabai dalam kehidupan sehari-hari.
Saat ini keadaan iklim yang tidak menentu sangat mempengaruhi harga cabai.
Tanaman cabai sangat sensitif terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit
antraknose atau lebih dikenal istilah patek merupakan salah satu penyakit
penting pada cabai keriting, cabai besar yang dapat menurunkan hasil antara
20–90% terutama pada saat musim penghujan. Sehingga tanaman cabai yang siap
panen banyak yang membusuk. Akibat penurunan produksi ini, petani mengalami
kerugian karena tidak bisa mencapai panen yang optimal.
Patogen
utama penyakit antraknose pada cabai di Indonesia paling banyak disebabkan oleh
jamur Colletotrichum acutatum Simmon. Gejala serangan penyakit antraknose atau
patek mula-mula membentuk bercak cokelat kehitaman kemudian menjadi busuk
lunak.
Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri atas kelompok seta dan konidium jamur. Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti merah jambu keabu-abuan atau kehitaman. Ledakan penyakit antraknos ini sangat cepat terutama pada saat musim penghujan. Jamur ini menyerang tanaman dengan menginfeksi jaringan buah dan membentuk bercak cokelat kehitaman yang kemudian meluas menjadi busuk lunak. Serangan yang berat menyebabkan buah mengering dan keriput serta berwana kuning dan kehitaman. Pada bagian tengah bercak yang mengering terlihat kumpulan titik-titik hitam dari koloni jamur. Ciri lain akibat serangan jamur ialah buah yang terserang terlihat bintik-bintik pada bagian tepi berwarna kuning, kemudian membesar dan memanjang. Pada kondisi lembab, jamur memiliki lingkaran memusat berwarna merah jambu atau abu-abu kehitaman.
Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri atas kelompok seta dan konidium jamur. Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti merah jambu keabu-abuan atau kehitaman. Ledakan penyakit antraknos ini sangat cepat terutama pada saat musim penghujan. Jamur ini menyerang tanaman dengan menginfeksi jaringan buah dan membentuk bercak cokelat kehitaman yang kemudian meluas menjadi busuk lunak. Serangan yang berat menyebabkan buah mengering dan keriput serta berwana kuning dan kehitaman. Pada bagian tengah bercak yang mengering terlihat kumpulan titik-titik hitam dari koloni jamur. Ciri lain akibat serangan jamur ialah buah yang terserang terlihat bintik-bintik pada bagian tepi berwarna kuning, kemudian membesar dan memanjang. Pada kondisi lembab, jamur memiliki lingkaran memusat berwarna merah jambu atau abu-abu kehitaman.
Teknologi
Pengendalian Penyakit Antraknose atau Patek:
- Gunakan benih sehat. Jangan menggunakan biji cabai yang sudah terinfeksi, karena spora jamur tersebut dapat bertahan pada benih cabai.
- Tanamlah varietas cabai yang lebih tahan patek, biasanya rawit lokal lebih tahan terhadap penyakit patek.
- Gunakan agensia hayati antagonis atau memanfaatkan mikroba Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis.
- Gunakan agensia antagonis dengan memanfaatkan Trichoderma spp. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa Trichoderma dapat menghambat laju perkembangan jamur C. Acutatum penyebab penyakit antraknos.
- Lakukan perendaman biji dalam air panas (sekitar 55oC) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0,05–0,1%) sebelum ditanam atau menggunakan agens hayati.
- Lakukan penyemprotandengan fungisida atau agens hayati yang tepat terutama tanaman berumur 20 hari di persemaian atau 5 hari sebelum dipindahkan ke lapangan.
- Perawatan di lingkungan sekitar tanaman mutlak dilakukan, terutama cabang air (wiwilan), penyiangan gulma, dan pengaliran air yang tergenang. Semua faktor tersebut merupakan bagian dari tindakan pencegahan, yang ditujukan agar lingkungan sekitar tanaman tidak lembab, mengingat patek (antraknose) disebabkan oleh jamur yang perkembangannya sangat didukung oleh lingkungan yang lembab.
- Memusnahkan bagian tanaman,baik daun, batang atau buah yang terinfeksi.
- Lakukan penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae (terong, tomat dll.) atau tanaman inang lainnya.
- Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi. Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya.
- Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar matahari dapat dipantulkan pada bagian bawah permukaan daun/tanaman, sehingga kelembaban tidak begitu tinggi. Disamping itu penggunaan mulsa plastik untuk menghindari penyebaran spora melalui percikan air hujan.
- Gunakan jarak tanam yang agak lebar yaitu sekitar 65–70 cm (lebih baik 70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar.
- Tambahkan unsur Kalium dan Kalsium untuk membantu pengerasan buah cabai.
- Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi. Sebaiknya gunakan pupuk dasar NPK yang rendah kandungan nitrogennya dengan kocoran karena unsur N akan membuat tanaman menjadi rimbun yang akan meningkatkan kelembaban di sekitar tanaman.
- Hindarkan menanam cabai berdekatan dengan tanaman cabai yang sudah terkena lebih dahulu oleh antraknos / patek, ataupun tanaman inang lain yang telah terinfeksi.
- Pengelolaan drainase yang baik terutama di musim penghujan, dengan cara meninggikan guludan tanah.
0 komentar:
Posting Komentar